Kapal Berbahan Bakar Gas Lebih Hemat 50 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Antara/R. Rekotomo

Petugas berada di atas kapal KN SAR Sadewa 231 milik Basarnas, pada peresmian kapal tersebut di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jateng, Jumat (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Operasional kapal yang menggunakan bahan bakar gas dapat menghemat biaya sampai 50 persen. Hal itu diteliti oleh Guru Besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Semin.

Penelitian Profesor Bidang Teknik Sistem Perkapalan ITS tersebut fokus pada armada maritim yang berbahan bakar gas. Sebab, gas harganya lebih murah dan emisinya lebih rendah. Namun, selama ini bahan bakar gas lebih banyak diekspor daripada dimanfaatkan di dalam negeri.

Semin telah meneliti pada kapal nelayan di daerah Lekok Kabupaten Pasuruan. Sekitar 400 nelayan terlibat dalam penelitian tersebut. Para nelayan difasilitasi proses konversi bahan bakar dari solar ke gas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

“Kapal nelayan di sana sudah mengunakan bahan bakar gas, sudah jalan sejak 2010. Karena Pasuruan dilewati pipa gas yang menuju Surabaya dan Gresik. Nelayan bisa hemat 50 persen,” kata dia, kepada wartawan di gedung Rektorat ITS Surabaya, Kamis (20/7).

Menurutnya, bahan bakar gas dapat digunakan di kapal nelayan, kapal ikan, kapal perang, kapal penumpang? kapal kontainer, kapal minyak, maupun kapal untuk memandu kapal besar. Dari semua kapal tersebut nanti bisa diubah dari bahan bakar bukan gas menjadi gas.

Bahan bakar gas terdiri dari tiga jenis yakni LPG, LNG dan CNG. Masing-masing memiliki spesifikasi, keunggulan dan kelemahan. Penelitiannya fokus pada bahan bakar gas jenis CNG. Semin menyatakan Indonesia memiliki potensi bahan bakar gas nomor 11 di dunia. Namun, pemanfaatan dalam negeri masih kurang.

Ia juga menyontohkan di negara kain seperti Singapura dan Malaysia, kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas diberi subsidi satu tahun bebas pajak karena telah menurunkan emisi di daerahnya.

“Bahan bakar gas punya lelebihan harganya murah. Satu liter CNG harganya sepertiga dari satu liter solar.

Misalnya di kapal konsumsi bahan bakar per jam rata-rata 1.000 liter. Kalau solar harganya Rp 7.000 per liter jadi Rp 7 juta per jam. Kalau menggunakan gas biayanya hanya sekitar Rp 2 juta,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan, bahan bakar solar di mobil satu tangki berisi 45 liter bisa menempuh jarak sekitar 300 kilometer. Jika menggunakan bahan bakar gas satu tabung setara dengan 40 liter solar bisa menempuh jarak 300 kilometer. Padahal, harga gas sepertiga harga solar. “Kalau kapal feri satu kali trip butuh sembilan tabung, kapal feri yang bisa ngangkut 20 mobil,” kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/energi/17/07/20/otdyfn368-kapal-berbahan-bakar-gas-lebih-hemat-50-persen

Profesor ITS Ungkap Keuntungan Gunakan Bahan Bakar Gas

Gas alam

Gas alam

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Guru Besar Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Semin meneliti tentang kapal berbahan bakar gas. Hasilnya, bahan bakar gas membuat kapal lebih efisien hingga 50 persen.

Dari penelitiannya tersebut didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain performa mesin kapal berbahan bakar gas Emisi NOx mesin turun, emisi hidrokarbon mesin turun, Emisi gas CO mesin turun, dan biaya operasional bisa ditekan hingga 50 persen.

Penggunaan bahan bakar gas pada kapal terdapat dua metode, yakni, bahan bakar ganda yang bisa menggunakan solar dan gas, atau motode bahan bakar tunggal. Metode bahan bakar ganda mengharuskan penambahan bahan bakar gas termasuk pipa-pipa untuk mengalirkan gas.

Kapal Berbahan Bakar Gas Lebih Hemat 50 Persen

“Mesin tidak mengalami perubahan hanya penambahan instalasi gas. Sudah ada injektor yang bisa memasukkan dua bahan bakar sekaligus,” imbuhnya.

Konversi bahan bakar gas di kapal tergantung besar mesin. Untuk kapal feri, konversi membutuhkan biaya antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Tapi biaya tersebut akan kembali dalam waktu tidak sampai setengah tahun.

Sementara konversi kapal nelayan hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 10 juta karena ukuran mesin kecil. Sedangkan untuk kapal militer dibangun dari awal sudah menggunakan bahan bakar gas atau bahan bakar ganda yakni gas dan solar.

Meski demikian, masih diperlukan upaya edukasi terutama kepada nelayan untuk mengubah dari kebiasaan menggunakan bahan bakar solar untuk beralih ke gas. Sebab, tangki bahan bakar gas lebih berat. Ke depan, Semin akan mencoba meneliti penerapan bahan bakar gas pada kapal militer berlabel green ship atau kapal ramah lingkungan.

Selain itu, pemanfaatan bahan bakar gas di Indonesia memiliki kelemahan yakni belum banyak stasiun pengisian bahan bakar gas. Saat ini stasiun pengisian bahan bakar gas hanya terdapat di pelabuhan-pelabuhan besar.

 

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/energi/17/07/20/otdynj368-profesor-its-ungkap-keuntungan-gunakan-bahan-bakar-gas

Profesor ITS Teliti Gas Alam Pengganti Solar

pengisian CNG

Pengisian CNG

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Semin meneliti gas alam sebagai pengganti solar yang mampu menghemat penggunaan energi pada armada maritim Indonesia hingga 50 persen.

Dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor ke-116 dalam bidang Ilmu Teknik Sistem Perkapalan di kampus setempat, Rabu (26/7), Semin menyebut, saat ini bahan bakar minyak sudah mulai menipis, sedangkan potensi bahan bakar gas masih melimpah dan belum banyak dimanfaatkan.

Pemanfaatan bahan bakar gas di dunia maritim akhir-akhir ini mulai dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi biaya operasional armada maritim dan mengurangi emisi di laut. “Hal itu karena harga dan tingkat emisi bahan bakar gas lebih rendah dibanding harga bahan bakar minyak,” kata profesor yang mengambil judul Aplikasi Bahan Bakar Gas Pada Armada Maritim ini.

Semin mengaku, penelitiannya ini selaras dengan perhatian beberapa pihak yang sangat berkepentingan dengan dunia maritim di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Kementerian Perhubungan RI, Kementerian Koordinator Kemaritiman RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, perusahaan minyak dan gas, operator pelabuhan, biro klasifikasi dan perusahaan pelayaran.

Adapun jenis bahan bakar gas yang dimaksud oleh ayah tiga anak ini adalah “CNG” (Compressed Natural Gas), yaitu gas alam yang dalam penyimpanannya dimampatkan. “Bahan bakar CNG dapat dijadikan pengganti bensin dan solar karena sifatnya yang ramah lingkungan. Selain itu, harganya juga relatif murah dan teknologi penyimpanannya cukup sederhana,” tuturnya.

Secara ekonomi, lanjut Sekretaris Departemen Teknik Sistem Perkapalan ini, biaya operasional mesin penggerak armada maritim berbahan bakar CNG mengalami penurunan yang signifikan.

Di mana harga bahan bakar gas CNG setara satu liter solar hanyalah sepertiga dari harga solar. Sehingga secara ekonomi biaya operasional kapal berdasarkan pemakaian bahan bakar turun lebih dari 50 persen.

“Hanya saja perlu investasi tambahan untuk biaya konversi dan juga performa mesin CNG mengalami sedikit penurunan,” ujar alumnus doktoral University Malaysia Pahang ini.

Ia melanjutkan, CNG merupakan gas alam yang tidak berbau, tidak berwarna dan lebih ringan dari udara sehingga akan menguap ke atas jika terjadi kebocoran. Dengan demikian, bencana kebakaran akibat penggunaan CNG sifatnya minimum. Kelebihan lainnya adalah CNG tidak akan mencemari air atau tanah seandainya terjadi kecelakaan.

Sumber : Antara

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/17/07/26/otpc5c284-profesor-its-teliti-gas-alam-pengganti-solar

 

ITS KUKUHKAN PROFESOR DARI DUA GENERASI

1Rabu (27/7) merupakan hari bersejarah bagi Prof Semin ST MT Ph D dan Prof Dr Ir Yoyon Kusnendar Suprapto. Dua dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang sama-sama berasal dari Jawa Tengah itu menjalani prosesi pengukuhan sebagai guru besar. Tak kalah bahagia, Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSCES Ph D pun turut memberi sambutan positif.
Usai mengucapkan selamat dalam sambutannya, Joni memaparkan bahwa kedua profesor yang dikukuhkan hari ini mewakili dua generasi.

Lanjut Baca..